Kecerdasan Buatan Bisa Deteksi Planet Mana Yang Akan Bertahan

Keadaan planet perlu diketahui untuk memprediksi aktivitas di planet.

Kecerdasan Buatan Bisa Deteksi Planet Mana Yang Akan Bertahan

Sejak zaman Isaac Newton, para astronom bergulat dengan masalah stabilitas orbital. Meski perjuangan mereka berkontribusi pada banyak revolusi matematika, termasuk kalkulus dan teori chaos, tidak ada yang menemukan cara untuk memprediksi konfigurasi stabil secara teoritis. Astronom modern masih harus memaksa perhitungan, meskipun dengan superkomputer, bukan abaci atau slide rules.

Sebelum ke pembahasan, alangkah baik nya mengetahui planet-planet yang berada dalam tata surya.

Beberapa Planet Dalam Tata Surya

Dalam tata surya terdapat beberapa planet yang wajib diketahui:
Merkurius
Merkurius adalah planet pertama sekaligus paling dekat dengan matahari.
Venus
Venus adalah nama planet kedua yang diambil dari nama Dewi Cinta pada bangsa Roma.
Bumi
Lalu planet yang ketiga adalah planet tempat tinggal anda yang lagi baca dan menjalankan berbagai aktivitas.
Mars
Planet Mars kerap kali dijuluki sebagai Planet Merah karena memang warnanya yang kelihatan kemerahan.
Jupiter
Jika Anda yang bertanya planet apa yang paling besar dalam sistem tata surya, maka jawabannya adalah Jupiter.
Saturnus
Planet terbesar kedua setelah Jupiter adalah Saturnus.
Uranus
Planet lainnya dalam sistem tata surya adalah Uranus. Uranus menjadi planet yang pertama kali ditemukan dengan menggunakan teleskop.
Neptunus
Planet yang terakhir adalah Neptunus. Di mana nama Neptunus sendiri diambil dari nama Dewa Laut Romawi.

Pembahasan Tentang Matahari

Matahari adalah pusat tata surya yang memiliki ukuran yang sangat besar. Suhu di permukaan Matahari mencapai 6000°C dan suhu di bagian intinya mencapai 15 – 20 juta derajat Celcius.

Pusat tata surya sendiri terbentuk dari :

  1. Inti Matahari
  2. Fotosfer
  3. Kromosfer
  4. Korona

Baca Juga:

Mengapa planet tidak bertabrakan lebih sering? Dari semua kemungkinan cara planet mengorbit, berapa banyak konfigurasi yang akan tetap stabil selama miliaran tahun siklus hidup bintang? Pertanyaan seperti ini diolah kecerdasan buatan untuk memprediksi sistem planet mana yang bisa bertahan.

Kepastian Astronom Untuk Sistem Planet

Kepastian Astronom Untuk Sistem Planet

Untuk memastikan sistem planet stabil, para astronom perlu menghitung pergerakan beberapa planet yang berinteraksi selama miliaran tahun dan memeriksa setiap konfigurasi yang mungkin untuk stabilitas. Ini adalah suatu upaya komputasi yang sulit dilakukan.

Menolak berbagai kemungkinan yang tidak stabil (semua konfigurasi yang akan menyebabkan tabrakan), akan meninggalkan pandangan yang lebih tajam tentang sistem planet di sekitar bintang lain. Tetapi itu tidak semudah kedengarannya.

Penghitungan Dalam Waktu Singkat

Tamayo menyadari bahwa dia dapat mempercepat proses ini dengan menggabungkan model interaksi dinamis planet yang disederhanakan dengan metode machine learning. Hal ini memungkinkan penghapusan petak besar konfigurasi orbital yang tidak stabil dengan cepat. Perhitungan yang aslinya membutuhkan waktu puluhan ribu jam, kini dapat dilakukan dalam hitungan menit.

"Kami tidak dapat dengan tegas mengatakan 'sistem planet yang ini akan baik-baik saja, sedangkan yang lainnya akan segera meledak'. Tujuannya adalah, untuk sistem tertentu, untuk mengesampingkan semua kemungkinan tidak stabil yang sudah bertabrakan dan tidak mungkin ada saat ini," ujarnya.

Baca Juga :
100+ Istilah Dalam Dunia HACKING Yang Wajib Anda Ketahui! Cara Hack Akun Instagram Siapapun Menggunakan Android

Alih-alih mensimulasikan konfigurasi tertentu untuk satu miliar orbit (sebagai gambaran, dengan pendekatan brute force memakan waktu sekitar 10 jam), model yang dibuat Tamayo mensimulasikan 10.000 orbit dan hanya membutuhkan sepersekian detik.

"Kami menyebut model SPOCK-Stability of Planetary Orbital Configurations Klassifier-sebagian karena model tersebut menentukan apakah sistem akan 'hidup lama dan makmur'," kata Tamayo.

SPOCK menentukan stabilitas jangka panjang dari konfigurasi planet sekitar 100.000 kali lebih cepat dari pendekatan sebelumnya, memecahkan kemacetan komputasi.

"Metode baru ini akan memberikan jendela yang lebih jelas ke dalam arsitektur orbital sistem planet di luar kita sendiri," kata Tamayo.